Membaca dan menonton hal-hal yang terjadi belakangan ini beneran bikin sedih deh. Gimana engga, berasanya kok makin keluar dari batas yang semestinya.
Hanya karena Pilkada DKI sampai masalah SARA kembali terbawa-bawa. Khususnya agama. Ngakunya beragama tapi rata-rata kata (dan khususnya komenan di medsos) isinya sumpah serapah dan kebencian. Ga pendukung no. 2 atau 3 sama aja. Ada aja yang kerjaannya maki-maki.
Kemarin waktu ada orang (yang ngakunya) Pendeta mengeluarkan statement bahwa pendeta-pendeta se Jakarta memilih Paslon tertentu gw cuma bisa tertawa.
Sejak kapan gereja berpolitik? Setidaknya sejauh ini, di gereja (gereja) yang sering gw datangi atau yang gw berjemaat didalamnya ga ada tuh seruan untuk memilih Paslon tertentu.
Karena kalau iya sampai ada seperti itu, percayalah, itu adalah minggu terakhir gw akan bergereja disana.
Kenapa?
Ya karena ga ada ayatnya dalam Alkitab. Sesederhana itu. Kalau ada ayat yang jelas bilang soal Pemimpin Daerah harus A, B, atau C baru deh gw Aminin. Jadi enak juga gw sebagai jemaat mengikuti aturan yang Alkitabiah, ga ada dobel standar.
Gw ingat betul ajaran kakak rohani gw dulu pas gw mau pindah kota untuk kuliah. Begini omongannya…
“Py, kemana pun kamu nanti akan berjemaat. Pastikan kamu menguji terlebih dahulu perkataan yang disampaikan Pendetanya. Apakah masih sesuai dengan Firman Tuhan atau enggak. Uji. Banding kan. Bagaimana cara kamu menguji? Ya tentu dengan rajin membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Minta Hikmat dari Tuhan. Jangan menelan mentah-mentah hanya karena seorang Pendeta itu terlihat keren. Atau jago dalam berkata-kata.”
Dan ya, ucapan itu gw simpan betul dalam hati. Setiap masuk ke Gereja (maklum beberapa tahun sempat jadi anggota GJJ alias Gereja Jalan-jalan) gw uji semuanya. Semuanya haruss dan haruss berdasarkan Kasih. Ajaran utama dan terutama dari Tuhan Yesus.
Prinsip gw jelas, ga boleh ada kampanye di Gereja. Ga boleh ada seruan ut milih paslon tertentu dengan alasan apapun. Kayak ucapan Papa dulu waktu ada Partai yang pakai embel2 Kekristenan “Agama itu ga boleh dicampurkan ke politik. Politik itu dunia abu2, sedangkan Agama bersifat mutlak“.
Yang boleh hanyalah seruan untuk Yuk mendoakan bangsa ini. Mendoakan Jakarta. Biar siapa pun yang terpilih benar-benar dari Tuhan. Ga boleh ada kuasa jahat, guna-guna, atau ilmu hitam yang turut andil. Berdoa siapa pun yang terpilih bisa membawa perubahan baik atas Jakarta.
Kalau ada perbedaan pendapat ya legowo aja menerima. Ga usah berdebat. Nanti dibilik suara pilih sesuai hati nurani sendiri. 😊
Harapan gw semoga tanggal 19 April segera berlalu, dan Jakarta (khususnya dunia media sosial dan pemberitaan) kembali aman tentram. Amin.
Selamat menyambut Paskah buat pembaca yang merayakan. Dan selamat libur panjang untuk kita semua.
Pakatuan wo pakalawiren.
Setuju Py, sedih banget sudah tahun 2017 masih agamaa aja yang dibawa-bawa. Di perpolitikan Barat pun juga mirip-mirip sih, sentimen SARA (tapi dengan cara yang berbeda) juga masih dipakai beberapa pihak.
LikeLike
Setujuu…
Btw, org manado ya? Hehe salam kenal 😂
LikeLike
Like this!!!
LikeLike
Kak, kalimat terakhirnya artinya apaan?
Ih setuju banget sama kata2 kakak rohaninya kak Py. Emang harus diuji dulu ya jadi iman-nya gak fanatik buta 🙂
LikeLike
Setuju banget! Sayangnya emang sekarang dimana mana kayaknya agama di jadikan alat untuk berpolitik.. :-s kalau nggak bijak ya kemudian mencampurkan hal yang bersifat pribadi dengan politik yang kemudian memunculkan benih benih kebencian kepada mereka yang berbeda pandangan… padahal agama justru mengajarkan untuk mengasihi sesama.
LikeLike
gereja gua juga sama py… dilarang bawa2 politik ke dalem gereja…
LikeLike
Setuju py, paling cuma di blg memilih dg hati nurani dan jgn sampe golput, jgn keluar kota apalg kan hari kejepit bgt nih haha XD selamat memilih 🙂
LikeLike
moga2 ntar pilkada nya berjalan lancar dan aman ya… ngiri nih ama yang di jakarta dapet libur mulu. hahaha.
LikeLike
Pilkada DKI yang penuh dengan maki-maki sudah selesai. Tapi masih ada Pilkada-Pilkada lainnya, sebentar lagi. Jawa Tengah dan Jawa Barat. Perlu nyiapin kesabaran lagi kayaknya nih, Mbak 😀
LikeLike
Salam kenal kak. Didi setuju dengan postingnya terutama mengenai kalimat agama itu mutlak tapi politik abu-abu. Didi follow dan tinggalin jejak dulu yah kak. GBU.
LikeLike
Ahhh horeee, jagoanku kalah…biarpun teruji kerjanya tapi yahhh you know lah, hukum rimba yang berlaku…
LikeLike