Hate Speech
Sebenarnya saya mau menuliskan hal yang lain, tapi postingan salah satu komen di status FB teman saya bikin saya lumayan pemanasan otak waktu mompa tadi subuh. Ya salah saya sendiri sih ngasih makan jiwa subuh-subuh dengan media sosial dan bukannya menghadap Tuhan dan baca Firman-Nya. Teman saya ini reshare postingan judulnya: Polri: Akun Medsos Untuk Melawan Jokowi. Jadi didalam tulisan itu disebutkan kalau Polri akan bekerja sama dengan sejumlah pihak agar hambatan mengungkap siapa-siapa pemilik akun provokasi bisa terungkap. Karena ternyata akun-akunya sudah pada dihapus. Oke pas saya baca sampai selesai rasa-rasanya sih ga ada yang salah. Dan ga ada kalimat apapun yang bisa disalah tafsir.
Di caption teman saya dia cuma bilang Hati-hati kalau bikin status, karena kalau sudah dihapus pun, dengan bantuan pihak-pihak lain ituย tulisan tersebut bisa nongol lagi. Lah.. Tapi kok temannya teman saya ini komennya gak banget. Pakai English gitu lah (yang ternyata kayaknya ada tenses yang salah sampai dibenerin para Grammar Nazi XD) intinya dia sebut teman saya ini pembohong. . Nah asli saya bingung kenapa kok temannya ini tersulut begitu rupa dan nulis komen yang asli bikin otak (berusaha untuk ga pakai hati bacanya) panas. Dan menurut saya sih ga pantas ya, dia nyebut teman saya ini bodoh, pembohong, dll yang gak pantas saya tulis disini. Yang saya salut teman saya sangat dewasa menyikapi postingan tersebut. Saya komen yang isinya meminta teman saya untuk mengingat-ingat, adakah kejadian di masa lalu yang belum selesai dengan orang ini? Soalnya saya gagal paham isi komennya dia dengan isi konten yang dishare teman.
Kemudian pas tiba dikantor saya langsung buka detik. Ok.. Saya lebih bodoh dari kedelai keledai dalam hal ini. Bukannya doa memulai pekerjaan malah buka berita. Eh tapi berbeda dengan yang subuh, kali ini hati saya adem sekali. Saya membaca berita soal Gus Mus yang meminta agar karyawan PT. Adhi Karya jangan dipecat. Usut punya usut, ternyata si karyawan ini menghina isi cuitan Gus Mus di Twitter. Dan direspon oleh perusahaan tempat dia bekerja. Untuk yang penasaran isinya apa silahkan gugling untuk lebih jelas. Sejujurnya saya tidak mengenal siapa Gus Mus ini sampai barusan saya gugling dan ternyata beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren. Berikut petikan balasan Gus Mus ke Fadjroel yang adalah Komisaris Utama PT. Adhi Karya.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan ‘bahasa khusus’ di tempat umum. Maklum masih muda :)” @gusmusgusmu
Baca begini saya kok jadi ingat Gus Dur ya? Maaf kalau saya yang orang luar ini salah. Tapi jujur banget saya akui kalau hati saya damai bacanya. Damai baca responnya Gus Mus terhadap isi komenan yang menurut beliau termasuk ‘bahasa khusus’.
Jaman sekarang tuh kan kayaknya orang emang sumbunya pada pendek ya kayak saya. Belum lagi kalau ternyata emosi sama judul padahal belum baca isinya kayak case temen saya. Lah, sudah dosa marah-marah, taunya jaka sembung.. Kan malu ya. Banyak kan hari gini yang malas baca. Ga usah deh jauh-jauh baca berita yang mungkin butuh penafsiran dan tergolong berat. Itu seller online shop di Instagram apa ga suka darah tinggi ya kalau detail soal barangnya sudah dipampang nyata di caption tapi terus masih ada pembeli yang nanya “Harga nya berapa sis?” atau “Disaya muat ga ya sis?”.. Hellaawww.. Atau ada para Moms di Ig yang doyan berbagi pengalaman kan, sudah jelas tuh semua ditulisin tapi dikolom komen tetap ada saja yang nanya hal yang sudah dijelaskan. Simply karena dia malas baca.
Oke, balik lagi soal komentar-komentar berisi kebencian.
Apa salahnya sih mengeluarkan kalimat yang baik-baik gitu? Kalau memang ga ada yang baik yang bisa dikeluarin ya sudah ga usah komen. Atau kalau memang setiap kalimat yang terucap isinya yang ga enak, coba cek hati deh. Kata Tuhan di Matius 15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari HATI.
Papa saya selalu bilang, ga susah bikin orang senang. Karena setiap orang pasti senang dipuji. Pasti. Lah air yang dikasih kata-kata baik aja bentuk kristalnya jadi cantik. Kita kan manusia katanya 60% sampai 70% kandungannya air ๐ Jadi pasti senang kalau diperkatakan dengan kebaikan. Lihat saja, saya bisa damai cuma dengan membaca berita kebaikan Gus Mus. Tapi ya balik lagi, harus tulus, karena kalau enggak, peres namanya ๐ Punya integritas juga, depan baik belakang juga omongannya mesti baik.
Terus kalau ga ada yang baik? ya cari. Contoh, saya yang ASI nya sedikit (oke silahkan dibantah, tapi kenyataannya memang begitu disaya). Daripada dikatain “ihh.. Py, ASI lu dikit ya, padahal kan lu gendut” #jadicurhat #kemudianmewek. Lebih enak kalau didiemin aja atau ngomong apa kek yang menguatkan macam “Minum susu almond katanya bagus Py buat nambah ASI, coba aja, nothing to lose kan” ya gitu-gitu deh.
Memang sih ini termasuk hal yang perlu dilatih. Apalagi yang dari kecil miskin dikata-katain baik seperti saya. Makanya sekarang saya terus belajar bagaimana supaya yang keluar dari mulut saya adalah hal-hal yang baik aja. Ai paling tau deh jatuh bangunnya saya dalam hal ini. Tapi sama seperti pepatah yang biasa kita dengar, tak ada kata terlambat untuk belajar, bukan?
Amsal 12:18 Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang,ย ย tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.